Kamis, 28 Oktober 2010

Kesalahan dan Kekeliruan Berbahasa


Kesalahan dan kekeliruan tergolong dalam penyimpangan berbahasa yang terjadi secara tidak sengaja. Kesalahan dan kekeliruan berbahasa dapat terjadi pada semua unsur kebahasaan, seperti pelafalan, ejaan, diksi, pembentukan kata, penyusunan frase, klausa, kalimat, dsb.
Kesalahan berbahasa terjadi karena faktor kompetensi pemakai bahasa. Maksudnya pemakai bahasa memang belum menguasai atau memahami kaidah bahasa yang digunakan. Misal kesalahan pelafalan /universitas/ dilafalkan /yuniversitas/. Kesalahan ejaan atlit seharusnya atlet. Kesalahan pemilihan diksi dan pembentukan kata kebawa seharusnya terbawa, mentargetkan seharusnya menargetkan. Kesalahan penyusunan frase banyak siswa-siswa seharusnya banyak siswa atau siswa-siswa. Kesalahan penyusunan klausa untuk menyingkat waktu kami persilakan seharusnya untuk mengefisienkan waktu…. Kesalahan penyusunan kalimat Saya menanda tangani absen. seharusnya Saya menandatangani daftar absen.
Kesalahan berbahasa akan tetap terjadi apabila pemakai bahasa tidak berusaha memahami kaidah bahasa yang berlaku. Pemakai bahasa bahkan tidak merasa bahwa dia berbuat kesalahan dalam berbahasa. Kesalahan berbahasa bersifat lama dan yang dapat mengoreksi kesalahan tersebut adalah orang lain yang memahami kaidah bahasa.
Kekeliruan berbahasa disebabkan faktor dari luar misalnya, grogi, lapar, lelah, gugup, dll. Misalnya kekeliruan yang diucapkan Ketua MPR, Taufik Kiemas, saat membaca UUD 1945 pada peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti 1 Oktober 2010. Kalimat yang seharusnya “Dan perjuangan pergerakan Kemerdekaan Indonesia telah …” diucapkan Kiemas “Bahwa perjuangan pergerakan Indonesia telah …”, kalimat “Persatuan Indonesia” diucapkan “Persatuan Indonesia yang dipimpin oleh hikmat…”, kalimat “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” diucapkan “Keadilan sosial bagi bangsa Indonesia” (Solopos, 2 Okt 2010).
Pelaku kekeliruan berbahasa dapat segera menyadari bahwa bahasa yang baru saja digunakannya mengalami penyimpangan, sehingga kekeliruan berbahasa cepat teridentifikasi dan bersifat sebentar. Untuk menghindari kekeliruan berbahasa pemakai bahasa hendaknya berkonsentrasi dan mawas diri.

Rabu, 13 Oktober 2010

Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak

Bagi sebagian orang, membaca merupakan aktivitas yang menjemukan. Bagi sebagian yang lain tentu tidak demikian. Kelompok yang merasa asyik berkutat dengan buku adalah mereka yang gemar membaca (hobi). Sebut saja kutu buku. Si kutu buku ini tentu saja dengan cepat melahap isi buku dalam waktu yang relatif singkat. Terlebih pada jenis buku yang ia gemari.

Namun kegemaran membaca tidak muncul begitu saja. Untuk menuju tahap "gemar", seseorang perlu memiliki minat terlebih dahulu.

Orang tua sering mengeluh kalau anak mereka sulit disuruh belajar terutama membaca. Padahal, anak yang sedikit membaca tentu saja pengetahuannya terbatas. Agar seorang anak dapat menguasai banyak ilmu, ia harus memiliki minat baca yang tinggi. Minat baca pada anak dapat diupayakan mulai dari lingkungan keluarga.


Disediakan buku-buku 
Orang tua dapat mengupayakan selalu menyediakan buku-buku yang menarik minat anak-anak di rumah. Buku dengan cerita dan gambar yang menarik dapat menjadi pendorong bagi anak-anak untuk membuka, melihat-lihat, dan semoga membacanya.
Selain buku, bacaan yang tak kalah menarik adalah majalah yang disukai anak. Dengan berlangganan majalah  anak atau paling tidak membeli secara berkala, anak akan menunggu-nunggu majalah baru tersebut datang. Biasanya kalau masih baru anak akan sering memegang, membuka, dan semoga membacanya.
Ada sebagian orang mengatakan sudah disediakan buku di rumah tetapi anak enggan membukanya. Nah, apalagi kalau tidak ada buku sama sekali, dari mana anak berminat untuk membaca.
 Orang tua menjadi teladan
Untuk  menjawab keluhan di atas dapat diupayakan dengan orang tua memberi teladan yang baik pada anak. Anak yang tinggal dalam keluarga yang gemar membaca, akan mengikuti kebiasaan orang terdekat. Ini terjadi pada Naila (anak saya). Setiap hari orang tuanya membaca koran, dengan sendirinya tanpa disuruh dia juga membuka koran tersebut dan melihat-lihat gambarnya. Usianya baru 3 tahun. Dia belum bisa membaca, tetapi dia selalu tanya huruf-huruf yang ada. Terlebih huruf awal yang dicetak besar. Pada rubrik anak yang halamannya warna-warni, dia meminta saya untuk membacakan untuknya. Demikian halnya pada cergam dan majalah anak-anak. Dia kelihatan mulai menyukai buku-buku. Semoga ini juga terjadi pada anak-anak yang lain.
Perpustakaan yang tertata
Jika buku-buku di perpustaan disampuli, diberi label, dan tertata rapi, orang akan tertarik untuk meraih, membuka, dan semoga membacanya. Perpustakaan itu tidak harus besar, yang penting menarik dan rutin dikunjungi oleh anggota keluarga. Dengan demikian anak juga akan terbiasa berada di sana. Kalau sering dikunjungi mestinya juga terjaga kebersihannya, terutama kebersihan buku-buku dari debu.

Upaya menumbuhkan minat baca pada anak lebih efektif dimulai sejak dini, saat anak belum dapat membaca atau saat mulai belajar membaca.Yang terpenting dalam mengupayakan minat baca anak, orang tua jangan memaksa anak. Bisa-bisa anak trauma pada buku. Lebih-lebih orang tuanya tidak pernah membuka buku sama sekali. Nah, sekarang siapa yang salah? Sekarang bukan saatnya mencari-cari kesalahan. Mari mengupayakan anak-anak gemar membaca agar mereka banyak pengetahuannya dan dapat menjadi generasi yang membanggakan nantinya. Amin.





Minggu, 03 Oktober 2010

sekolah kehidupan

Anak-anak adalah guru di "sekolah kehidupan". Mereka banyak mengajarkan ilmu menata hati. Bagaimana ilmu kesabaran, keikhlasan, dan kebahagiaan itu dapat ditempuh. untuk mendapatkan nilai A, tidak semudah membalikkan telapak tangan.Aku adalah salah seorang siswa sekolah kehidupan tersebut. Di mana sungguh dengan tertatih menempuh ilmu kesabaran dalam mengasuh mereka. Kadang kala lisan ini harus dikunci rapat untuk menuangkan amarah, tak sekali pula tangan ini harus buru-buru terhenti untuk menyentuh tubuh mungil mereka dengan kasar. Tidak. aku harus lulus ilmu menata hati. Mereka adalah guruku. Tatkala malam wajah-wajah mungil tak berdosa itu mengiris hatiku. Bagaimana seandainya tanganku, lisanku tak terhenti, maka aku akan menjadi manusia yang paling bersalah, dan tentunya tidak akan lulus ilmu kesabaran. Kalau aku tidak lulus, bagaimana aku dapat menempuh ilmu keikhlasan dan dapat meraih kebahagiaan yang sejati.
Bintang kecil dan putri kecil, doakan ibu lulus di "sekolah kehidupan" untuk meraih kebahagiaan yang sejati, karena kalianlah guru-gurunya. Terus ajarilah orang tua ini, agar mendapat nilai A di semua mata ilmunya.

Written by Mey